Kamis, 23 Maret 2017

keseimbangan ekonomi dua sektor

KESEIMBANGAN EKONOMI DUA SEKTOR
(Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Makro Islam)

Disusun oleh :
1.     Melisa Rani            15511020220
Melisarani.blogspot.com

LOGO IAIN LAMPUNNG WARNA BARU.jpg


Jurusan/semester/kelas : PS/IV/D
Dosen Pembimbing : Anas Malik, S.E.,M.E.sy




FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1438 H/2017 M


KATA PENGANTAR

Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya penyusun  mampu  menyelesaikan  tugas  makalah ini guna memenuhi tugas  mata kuliah ekonomi makro islam .
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang keseimbangan ekonomi dua sektor, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas. kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,  kepada  dosen  pembimbing  saya  meminta  masukannya  demi  perbaikan  pembuatan  makalah  saya  di  masa  yang  akan  datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.



Bandar Lampung, 22 Oktober  2017
                                                                               


Penyusun

DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................1
BAB II ISI
2.1Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor..................................................................2
2.2 Hubungan Antara konsumsi dan Pendapatan.....................................................2
2.3 Kecondongan Mengkonsumsi dan Menabung...................................................2
2.4 Fungsi Konsumsi dan Tabungan........................................................................3
2.5 MPC dan MPS Kecondongan............................................................................6
2.6 Investasi.............................................................................................................8
2.7 Investasi, Keuntungan, dan Suku Bunga...........................................................9
2.8 Tingkat Pengembalian Modal..........................................................................10
2.9 Penentuan Tingkat Ekonomi............................................................................11
2.10 Perubahan Keseimbangan Dan Multilier.......................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA










BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Perekonomian dua sektor merupakan penyederhanaan dalam mempelajari sistem perekonomian secara keseluruhan. Keseimbangan dalam perekonomian dua sektor merupakan keseimbangan dari sisi pendapatan dan sisi pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga dan sektor swasta, dengan mengabaikan sektor pemerintah dan sektor luar negeri.
            Perilaku pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga bisa dilakukan dengan membuat fungsi konsumsi dan fungsi tabungan, untuk melihat bagaimana perubahan pendapatan terhadap tingkat pengeluaran konsumsi dan tabungan.

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengetian keseimbangan ekonomi dua sektor ?
2.      Bagaimanan hubungan antara konsumsi dan pendapatan ?
3.      Bagaimana kecondongan mengkonsumsi dan menabung ?
4.      Bagaimana fungsi konsumsi dan menabung ?
5.      Apa yang di maksud dengan MPC dan MPS kecondongan ?
6.      Apa yang di maksud dengan Investasi?
7.      Apa yang dimaskud dengan investasi, keuntungan, dan suku bunga ?
8.      Bagaimana tingkat pengembalian modal ?
9.      Bagaimana tingkat penentu kegiatan ekonomi?
10.  Bagaimana perubahan keseimbangan dan multiplier ?

1.3  TUJUAN
1.      Apa pengetian keseimbangan ekonomi dua sektor ?
2.      Bagaimanan hubungan antara konsumsi dan pendapatan ?
3.      Bagaimana kecondongan mengkonsumsi dan menabung ?
4.      Bagaimana fungsi konsumsi dan menabung ?
5.      Apa yang di maksud dengan MPC dan MPS kecondongan ?
6.      Apa yang di maksud dengan Investasi?
7.      Apa yang dimaskud dengan investasi, keuntungan, dan suku bunga ?
8.      Bagaimana tingkat pengembalian modal ?
9.      Bagaimana tingkat penentu kegiatan ekonomi?
10.  Bagaimana perubahan keseimbangan dan multiplier ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor
Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor rumah tangga dan perusahaan. Ini berarti dalam perekonomian yang terdiri dimisalkan tidak terdapat kegiatan pemerintah maupun perdagangan luar negeri. Aliran-aliran pendapatan yang terdapat dalam perekonomian itu dimisalkan tidak terdapat kegiatan pemerintah maupun perdagangan luar negeri. Adapun sifat sirkulasi aliran pendapatan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Sektor perusahaan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki rumah tangga. Faktor-faktor produksi tersebut memperoleh pendapatan berupa gaji dan upah, sewa, bunga dan untung.
b.      Sebagian besar pendaptan yang di terima rumah tangga akan digunakan untuk konsumsi, yaitu membeli barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sektor perusahaan.
c.       Sisa-sisa pendapatan rumah tangga yang tidak digunakan untuk mengkonsumsi akan ditabung dalam institusi-institusi keuangan.
d.      Pengusaha yang ingin melakukan investasi akan meminjam tabungan rumah tangga yang dikumpulkan oleh institusi-institusi keuangan.

2.2  Hubungan antara konsumsi dan pendapatan
Terdapat beberapa faktor yang menentukan tingkat pengeluaran pendapatan rumah tangga (secara seunit kecil atau keseluruhan ekonomi). Yang terpenting adalah pendapatan rumah tangga. Dalam hubunga antara konsumsi dan pendapatan adalah semakin sedikit pendapat yang diperoleh oleh rumah tangga, maka akan mempengaruhi rumah tangga tersebut untuk mengorek tabunngan dimasa lalu. Apabila semakin besar pendapatan rumah tangga yang diperoleh akan mempengaruhi pengeluaran konsumsi tersebut justru ia akan mampu menabung. Adapun ciri-ciri yang hubuangan antara konsumsi dan pendapatan antara lain :
a.       Pada pendapatan yang rendah rumah tangga akan mengorek tabungan
b.      Kenaikan pendapatan menaikkan pengeluaran konsumsi
c.       Pada pendapatan yang tinggi rumah tangga menabung

2.3  Kecondongan mengkonsumsi dan menabung
Untuk memahami dengan lebih baik sifat hubungan di antara pendapatan dengan konsumsi, dan dengan tabungan perlulah diterangkan dua konsep penting berikut :
a.       Kecondongan mengkonsumsi
Konsep kecondongan mengkonsumsi perlu dibedakan menjadi dua, yaitu : kecondongan mengkonsumsi marginal (MPC) yang didefinisikan sebagai perbandingan pertambahan konsumsi (ΔC) yang dilakukan dengan penambahan pendapatan (ΔYd). Dan kecondongan mengkonsumsi rata-rata (APC) didefinisikan sebagai perbandingan antara tingkat konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan ketika konsumsi (Yd) tersebut dilakukan.
b.      Kecondongan menabung
Konsep kecondongan menabung juga perlu dibedakan menjadi dua istilah : kecondongan menabung marjinal (MPS) yang didefinisikan perbandingan sebagai perbandingan di antara pertambahan tabungan (ΔS) dengan pertambahan pendapatan (ΔYd). Dan kecondongan menabung rata-rata (APS) yang menunjukkan perbandingan di antara tabungan (S) dengan pendapatan (Yd)

2.4  Fungsi konsumsi dan tabungan
Dalam analisis makro ekonomi yang lebih penting bukanlah melihat konsumsi dan tabungan sesuatu rumah tangga, tetapi melihat kepada konsumsi dan tabungan semua rumah tangga dalam perekonomian. Pengeluaran konsumsi dari semua rumah tangga dalam perekonomian dinamakan konsumsi agregat dan tabungan semua rumah tangga disebut dengan tabungan agregat. Adapun fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional perekonomian tersebut.
Fungsi tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional perekonomian tersebut.
PENDAPATAN, KONSUMSI DAN TABUNGAN (DALAM TRILIUN RUPIAH)
Pendapatan Nasional       
(Y)
Konsumsi (C)
Tabungan (S)
0
90
-90
120
180
-60
240
270
-30
360
360
0
480
450
30
600
540
60
720
630
90
840
720
120
960
810
150
1080
900
180
1200
990
210

Fungsi Konsumsi dan Tabungan.png
Berdasarkan kepada data yang terdapat dalam tabel dalam gambar  ditunjukkan fungsi konsumsi di gradik (a) dan fungsi tabungan di grafik (b). Dalam grafik (a) sumbu tegak menggambarkan tingkat konsusi dan sumbu datar menggambarkan pendapatan nasional. Sedangkan dalam grafik (b), sumbu tegak menggambarkan tingkat tabungan dan sumbu datar menggambarkan pendapatan nasional. Sesuai dengan data yang terdapat daalam tabel, ciri-ciri fungsi konsumsi dan tabungan yang digambarkan dalam gambar adalah sebagai  
2.4.1        Tabel menunjukkan bahwa pada pendapatan nasional=0, konsumsi rumah tangga berjumlah Rp.90 triliun, tabungan ialah Rp.90 triliun. Berdasarkan kepada data ini fungsi konsumsi dalam grafik (a) akan bermula pada nilai Rp 90 triliun di sumbu tegak (yang menggambarkan tingkat konsumsi) dan fungsi tabungan dalam grafik (b) akan bermula pada nilai Rp 90 triliun di sumbu tegak.
2.4.2        Tabel 4.1 telah menunjukkan bahwa MPC=  0,75 dan MPS= 0,25, yaitu setiap pertambahan pendapatan nasional sebanyak Rp. 90 triliun (MPC x pertambahan pendapatan nasional) dan tabungan sebanyak Rp. 30 triliun (MPS x pertambahan pendapatan nasional). Nilai MPC dan MPS tersebut akan menentukan tingkat kecondongan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan.

2.5  MPC dan MPS dan Kecondongan
2.5.1        fungsi konsumsi dan tabungan
Dalam menerangkan ciri-ciri fungsi konsumsi dan tabungan telah dinyatakan bahwa nilai MPC akan menentukan kecondongan fingsi konsumsi dan nilai MPS akan memetukan kecondongan fungsi tabuhngan. Hal itu dapat di buktikan dengan melihat kepada akibat sari pergerakan di antara dua titik fungsi konsumsi dan fungsi tabungan.
2.5.2 MPC dan kecondongan funsi konsumsi
Dalam gambar titik A menggambarkan bahwa pendaptan nasional adalah Rp.360 triliun dan konsumsi adalah Rp 360 triliun. Sedangkan titik B menggambarkan pendapatan nasional bernilai Rp 600 triliun sedangkan nilai konsumsi adalah Rp. 540 triliun. Dengan demikian, pergerakan dari titik A ke titik B menggamberkan :
a.       Pendapatan nasioan bertambah sebanyak Rp 240 triliun
b.      Konsumsi rumah tangga bertambah sebanyak Rp 180 triliun
Perubahan tersebut menunjukkan bahwa kecondongan fungsi konsumsi adalah 180/240 = 0,75. Nilai ini adalah sama dengan nilai MPC, dan berarti  kecondongan fungsi konsumsi adalah sama dengan nilai MPC.
2.5.3  MPS dan kecondongan fungsi tabungan
Dalam gambar (b) titik D menunjukkan tingkat tabungan adalah nol (s=0) apaila pendapatan  nasional adalah sebanyak Rp. 360 triliun. Seterusnya titik E menggambarkan ketika tabungan mencapai Rp 60 triliun pendaptan nasional adalah sebanyak Rp 600 triliun. Dengan demikian pergerakan dari titik D ke E menggambarkan :
a.       Pendapatan nasional bertambah sebanyak Rp 240 triliun
b.      Tabungan bertambah sebanyak Rp 60 triliun
Perubahan itu berarti kecondongan tabungan adalah : 60/240 = 0,25. Nilai ini sama dengan nilai MPS dan berarti kecondongan fungsi tabungan adalah sama dengan nilai MPS.
5.2  Persamaan Fungsi Konsumsi dan Tabungan
Fungsi konsumsi dan tabungan, di atas digambarkan dalam bentuk kurva, juga dapat dinyatakan dalam persamaan aljabar. Persamaan al-jabar untuk fungsi konsumsi dan tabungan adalah seperti dinyatakan dalam persamaan yang dinyatakan di bawah ini :
a.       Fungsi konsumsi ialah : C = a + bY
b.      Fungsi tabungan ialah : S = -a + (1-b)Y
Di mana a adalah konsumsi rumah tangga pada ketika pendaptan nasional adalah 0, b adalah kecondongan konsumsi mrginal, c adalah tingkat konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatanb nasional. Adakalanya fungsi konsumsi dan tabungan menunjukkan hubungan di antara konsumsi atau tabungan dengan pendapatan disposibel Yd. Persamaan untuk hubungan sperti itu adalah :
a.       Fungsi konsumsi : C = a + b Yd
b.      Fungsi tabungan : S = -a + (1 – b) Yd.

Dalam coontoh yang di tunjukkan dalam tabel 4.5 dan digambarkan dalam tabel 4.1 nilai a = Rp 90 triliun dan b adalah 0,75. Maka persamaan fungsi konsumsi dan tabungan adalah :
a.       Fungsi konsumsi : C = 90 + 0,75Y
b.      Fungsi tabungan : S = -90 + 0,25Y.

5.2.1        PENENTU-PENENTU KONSUMSI DAN TABUNGAN
a.       Kekayaan Yang TelahTerkumpul
Sebagai akibat dari mendapat harta warisan atau tabungan yang banyak sebagai akibat usaha dimasa lampau.
b.      Suk Bunga, suku bunga dapatlah dipandang sebagai pendapatan yang di peroleh dari melakukan tabungan. Rumah tangga akan membuat lebih banyak tabungan apabila tingkat bunga tinggi karena lebih banyak bunga yang akan diperoleh.
c.       Sikap Berhemat, dalam masyarakat seperti APC dan MPC adalah lebih rendah, tetapi juga ada pula yang mempunyai kecenderungan mengkonsumsi yang tinggi.
d.      Keadaan Perekonomian, dalam perekonomian yang tumbuh dengan teguh dan tidak banyak pengangguran, masyarakat berkecenderungan melakukan perbelanjaan yang lebih aktif. Mereka lebih cenderung berbelanja lebih banyak pada masa kini dan kurang menabung.
e.       Distribusi pendapatan, dalam masyarakat yang distribusi pendapatan yang tidak merata, lebih banyak tabungan yang akan diperoleh.
f.       Tersedia Tidaknya Dana Pensiun Yang Mencukupi, apabila pendapatan dari pension besar jumlahnya, para pekerja tidak terdorong untuk melakukan tabungan yang banyak pada masa bekerja dan ini menaikantingkat konsumsi.

2.6  Investasi ( Penanaman Modal)
2.6.1        Definisi Investasu dan Penentu-penentunya
Sering terdapat kekeliruan dalam masyarakat berkaitan dengan istilah investasi. Suatu perusahaan asuransi, mmisalnya, membeli saham-saham perusahaan di pasaran saham. Tindakan ini tidak dapat di pandang sebagai investasi. Begitu juga seseorang yang menggunakan tabungannya untuk membeli saham perusahaan atau tanah selalu dikatakan sebagai “melakukan investasi”. Dalam analisis makro ekonomi tindakan individu atau perusahaan asuransi tersebut membeli saham tidak di pandang sebagai investasi.
Investasi yang lazim di sebut juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Apabia para pengusaha menggunakan uang  tersebut untuk membeli barang-barang nodal, maka pengeluaran tersebut dinamakan investasi. Dengan demikian, istilah investasi dapat di artikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanaman modal atua perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang  tersedia dalam perekonomian. Penambahan jumlah barang modal ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan mendatang. Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan barang-barang modal yang lama yang telah haus dan perlu didepresiasikan.
Dalam praktiknya, dalam usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi ( atau pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi pengeluaran-pengeluaran sebagai berikut :
a.       Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
b.      Pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.
c.       Pertumbuhan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada kahir tahun perhitungan pendapatan nasional.

Jumlah dari ketiga jenis komponen investasi tersebut dinamakan investasi bruto, yaitu meliputi investasi untuk menambah kemampuan memproduksi dalam perekonomian dan mengganti barang modal yang telah diapresiasikan. Apabila investasi bruto dikurangi oleh nilai depresiasi maka akan didapat investasi neto.
            2.6.2 Penentu-penentu tingkat investasi
Faktor – faktor utama yang menentukan tingkatinvestasi :
a.       Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh
b.      Tingkat bunga
c.       Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa depan
d.      Kemajuan tekhnologi
e.       Tingkat pendapendapatan nasional dan perubahan-perubahanya.
f.       Keuntungan yang diperoleh perusahaan – perusahaan.

2.7  Investasi, Keuntungan, dan Suku Bunga
Walupun faktor-faktor yang menentukan jumlah investasi para pengusaha meliputi beberapa faktor, dua diantaranya mempunyai kesanggupan untuk menerangkan sebab-sebabnya perubahan investasi yang lebih penting dibanding faktor- faktor lainnya, faktor terebut adalah tingkat keuntungan yang diramalkan dan suku bunga.
Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan gambaran kepada beberapa pengusaha menegnai jenis-jenis investasi yang mempunyai prospek baik untuk dilaksanakan dan besarnya investasi yang haru sdilakukan untuk mewujudkan tambahan barang-barang modal yang di perlukan. Sedengkan suku bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberikan keuntungan kepada para pengusaha dan dapat dilaksanakan. Para pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk menanam modaldari investasi yang dilakukan, yaittu presentasi keuntungan yang diperoleh sebelum dikurangi bunga uang yang di byar, lebih besar dari bunga. Oleh sebab itu dalam analisis makro ekonomi, analisis mengenai investasi lebih ditekankan kepada menunjukkan peranan suku bunga dalam menentukan tingkat investasi dan akibat perubahan suku bungan ke atas investsu dan pendapatan nasional.
Walaupun seseorang pengusaha memiliki tabugan yang cukup, dan oleh karenanya tidak perlu meminjam dari suatu lembaga keuangan untuk membiayai investasi yang inginn dilaksanakan, hal itu belumlah merupakan syarat yang cukup bagi terciptanya kegiatan investasi. Pengusaha tersebut mempunyai dua pilihan dalam menggunakan tabungannya, yaitu : meminjamkan/membungakan uang tersebut, atau menggunakan untuk investasi.  Di dalam keadaan di mana presentasi pengembalian modal yang akan diperolehnya adalah lebih kecil dari suku buang, adalah lebih baik bagi pengusaha tersebut untuk membungakan uangnya dan membatalkan maksudnya untuk melakukan investasi. Kalau ia harus meminjam uang dari suatu lembaga keuangan, pengusaha itu harus bertindak dengan lebih berhati-hari lagi. Investasi yang direncanakannya, hanya akan dilaksanakan apabila tingkat keuntungan ang akan diperolehnya adalah lebih besar dari suku bunga yang harus dibayarnya. Hanya dalam keadaan seperti itu pengusaha tersebut akan memperoleh keuntugan dari usahanya.
           
2.8  Tingkat Pengembalian Modal
Pendaptan yang diterima dari suatu kegiatan menanam modal biasanya akan diterima dalam beberapa tahun. Mungkin dalam dua tahun pertama keuntungan belum diperoleh, dan baru semenjak tahun ketiga hasil penjualan melebihi pengeluaran. Seterusnya, walupun keuntungan dalam tiga tahun adalh samam dengan tahun keenam (misalnya jumlahnya adalah Rp 100 juta), dari segi pandangan perusahaan nilai keuntungan sebenarnya adalah berbeda. Keuntungan di tahun ketiga adalah lebih bernilai dari keuntungan di tahun keenam, oleh karena niali sekarang dari keuntungan tersbeut berbeda.
Menghitung nilai sekarang, menghitung niali sekarang dari pendaptan yang diperoleh di masa depan atau menghitung tingkat pengembalian modal (keuntungan) merupakan cara yang digunakan perusahaan-perusahaan untuk menilai kesesuaian dari sesuatu investasi yang akan dilakukan. Suatu kegiatan investasi dapat dikatakan memperoleh keuntungan apabila nilai sekarang pendapatan dimasa depan adalah lebih besar daripada nilai sekarang modal yang diinvestasikan.
Menentukan tingkat pengembalian modal cara lain untuk mementukan apakah sesuatu investasi merupakan kegiatan yang menguntungkan atau merugikan dapat dilakukan dengan menghitung tingkat pengembalian modal dari investasi tersebut, yang menggambarkan persen tingkat keuntungan rata-rata per tahun dari modal.
Penentu-penentu investasi yang lain :
a.       ramalana keadaan perekonomian di masa depan
b.      perubahan dan perkembangan teknologi
c.       efek pertumbuhan pendapatan nasional
d.      keuntungan perusahaan

2.9  Penentuan Tingkat Kegiatan Ekonomi
Dalam perekonomian tidak terdapat kekurangan permintaan, menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik dimana tingkat kegiatan ekonomi akan di capai tergantung kepada kemampuan sektor perusahaan untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Kesanggupan ini dibatasi oleh banyaknya faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian itu. Oleh sebab itu menurut ahli-ahli ekonomi klasik sampai dimana sesuatu perekonomian dapat memproduksikan barang-barang dan jasa-jasa dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut :

Y = f (K,L,Q,T)
Keterangan :
Y         : Pendapatan nasional
K         : Jumlah seluruh barang modal
L          : Jumlah seluruh tenaga kerja
Q         : Jumlah kekayaan alam yang di gunakan
T          : Tingkat teknologi yang digunakan

Keseimbangan perekonomian Negara
Keseimbangan Perekonomian Negara adalah suatu keadaan dimana perekonomian menjadi seimbang jika pendapatan nasiolanal sama dengan pengeluaran agrerat dan investasi sama dengan tabungan.
Y = C + I
I = S

Untuk menunjukan  proses penentuan tingkat keseimbangan perekonomian Negara dapat digunakan 3 cara yaitu :
1.    Dengan menggunakan contoh angka pendapatan nasional dan perbelanjaan agregat
2.    Dengan menggunakan grafik yang menunjukan:
(a) kesamaan perbelanjaan agregat dengan penawaran agregat, dan
(b) kesamaan diantara investasi dan tabungan.
3.    Dengan menggunakan cara pembuktian secara aljabar


2.10      Perubahan Keseimbangan dan Multiplier
Dari satu priode ke priode lainya keseimbangan pendapatan nasional akan selalu mengalami perubahan, dalam perekonomian dua sector perubahan tersebut disebabkan oleh perubahan dalam investasi, perkembangan teknologi, misalnya akan menambah investasi dan investasi yang bertambah akan memindahkan pengeluaran agregat keatas.
Analisis mengenai  multiplier  bertujuan untuk menerangkan pengaruh dari kenaikan atau kemerosotan dalam pengeluaran agregat ke atas tingkat keseimbangan dan terutama ke atas tingkat pendapatan nasional.
























BAB III
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
Perekonomian dua sektor atau perekonomian sederhana adalah suatu perekonomian yang hanya terdiri  dari sektor rumah tangga dan sektor perusahaan. Tingkat kegiatan ekonomi ditentukan oleh jumlah dan mutu daripada faktor-faktor produksi. Menurut Keyness tingkat kegiatan ekonomi ditentukan oleh besarnya pengeluaran agregat yang dilakukan masyarakat. Pengeluaran agregat tersebut akan menentukan sampai dimana sektor perusahaan harus melakukan kegiatannya untuk memproduksikan barang-barang dan jasa-jasa.
Dari sifat perputaran aliran pendapatan yang terdapat dalam gambar itu dapat diambil kesimpulan bahwa aliran-aliran pendapatannya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
A.    Sebagai balas jasa kepada penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki sektor rumah tangga oleh sektor perusahaan, sektor rumah tangga akan memperoleh aliran pendapatan berupa gaji dan upah, sewa, bunga dan untung.
B.     Sebagian besar dari berbagai jenis pendapatan yang diterima oleh sektor rumah tangga akan digunakan untuk konsumsi, yaitu membeli barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sektor perusahaan.
C.     Sisa dari berbagai jenis rumah tangga yang tidak digunakan untuk pengeluaran konsumsi akan ditabung dalam badan-badan keuangan.
D.    Pengusaha-pengusaha yang memerlukan modal untuk melakukan investasi akan meminjam tabungan yang dikumpulkan oleh badan-badan keuangan dari sektor rumah tangga.








DAFTAR PUSTAKA
-          Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2003)
-          Sadono Sukirno,Makroekonomi Teori Pengantar (Jakarta:Rajawali Pers,2016)
-          Sadono Sukirno, Makroekonomi edisi kedua (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1999)


Tidak ada komentar: