KESEIMBANGAN EKONOMI DUA SEKTOR
(Tugas
ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Makro Islam)
Disusun oleh :
1.
Melisa Rani 15511020220
Melisarani.blogspot.com
Jurusan/semester/kelas
: PS/IV/D
Dosen
Pembimbing : Anas Malik,
S.E.,M.E.sy
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1438
H/2017 M
KATA
PENGANTAR
Segala puji hanya milik
Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun
mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas
mata kuliah ekonomi makro islam .
Dalam
penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas
ilmu tentang keseimbangan ekonomi dua sektor, yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini
di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari
diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas. kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya
meminta masukannya demi perbaikan pembuatan
makalah saya di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Bandar Lampung, 22 Oktober 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................1
BAB II ISI
2.1Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor..................................................................2
2.2 Hubungan Antara konsumsi dan Pendapatan.....................................................2
2.3 Kecondongan Mengkonsumsi dan Menabung...................................................2
2.4 Fungsi Konsumsi dan Tabungan........................................................................3
2.5 MPC dan MPS Kecondongan............................................................................6
2.6 Investasi.............................................................................................................8
2.7 Investasi, Keuntungan, dan Suku Bunga...........................................................9
2.8 Tingkat Pengembalian Modal..........................................................................10
2.9 Penentuan Tingkat Ekonomi............................................................................11
2.10 Perubahan Keseimbangan Dan Multilier.......................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................1
BAB II ISI
2.1Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor..................................................................2
2.2 Hubungan Antara konsumsi dan Pendapatan.....................................................2
2.3 Kecondongan Mengkonsumsi dan Menabung...................................................2
2.4 Fungsi Konsumsi dan Tabungan........................................................................3
2.5 MPC dan MPS Kecondongan............................................................................6
2.6 Investasi.............................................................................................................8
2.7 Investasi, Keuntungan, dan Suku Bunga...........................................................9
2.8 Tingkat Pengembalian Modal..........................................................................10
2.9 Penentuan Tingkat Ekonomi............................................................................11
2.10 Perubahan Keseimbangan Dan Multilier.......................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Perekonomian dua sektor
merupakan penyederhanaan dalam mempelajari sistem perekonomian secara
keseluruhan. Keseimbangan dalam perekonomian dua sektor merupakan keseimbangan
dari sisi pendapatan dan sisi pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah
tangga dan sektor swasta, dengan mengabaikan sektor pemerintah dan sektor luar
negeri.
Perilaku pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga bisa
dilakukan dengan membuat fungsi konsumsi dan fungsi tabungan, untuk melihat
bagaimana perubahan pendapatan terhadap tingkat pengeluaran konsumsi dan
tabungan.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
pengetian keseimbangan ekonomi dua sektor ?
2. Bagaimanan
hubungan antara konsumsi dan pendapatan ?
3. Bagaimana
kecondongan mengkonsumsi dan menabung ?
4. Bagaimana
fungsi konsumsi dan menabung ?
5. Apa
yang di maksud dengan MPC dan MPS kecondongan ?
6. Apa
yang di maksud dengan Investasi?
7. Apa
yang dimaskud dengan investasi, keuntungan, dan suku bunga ?
8. Bagaimana
tingkat pengembalian modal ?
9. Bagaimana
tingkat penentu kegiatan ekonomi?
10. Bagaimana
perubahan keseimbangan dan multiplier ?
1.3 TUJUAN
1. Apa
pengetian keseimbangan ekonomi dua sektor ?
2. Bagaimanan
hubungan antara konsumsi dan pendapatan ?
3. Bagaimana
kecondongan mengkonsumsi dan menabung ?
4. Bagaimana
fungsi konsumsi dan menabung ?
5. Apa
yang di maksud dengan MPC dan MPS kecondongan ?
6. Apa
yang di maksud dengan Investasi?
7. Apa
yang dimaskud dengan investasi, keuntungan, dan suku bunga ?
8. Bagaimana
tingkat pengembalian modal ?
9. Bagaimana
tingkat penentu kegiatan ekonomi?
10. Bagaimana
perubahan keseimbangan dan multiplier ?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor
Perekonomian
dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor rumah tangga dan
perusahaan. Ini berarti dalam perekonomian yang terdiri dimisalkan tidak
terdapat kegiatan pemerintah maupun perdagangan luar negeri. Aliran-aliran
pendapatan yang terdapat dalam perekonomian itu dimisalkan tidak terdapat
kegiatan pemerintah maupun perdagangan luar negeri. Adapun sifat sirkulasi
aliran pendapatan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Sektor perusahaan menggunakan
faktor-faktor produksi yang dimiliki rumah tangga. Faktor-faktor produksi
tersebut memperoleh pendapatan berupa gaji dan upah, sewa, bunga dan untung.
b.
Sebagian besar pendaptan yang di terima
rumah tangga akan digunakan untuk konsumsi, yaitu membeli barang-barang dan
jasa-jasa yang dihasilkan oleh sektor perusahaan.
c.
Sisa-sisa pendapatan rumah tangga yang
tidak digunakan untuk mengkonsumsi akan ditabung dalam institusi-institusi
keuangan.
d.
Pengusaha yang ingin melakukan investasi
akan meminjam tabungan rumah tangga yang dikumpulkan oleh institusi-institusi
keuangan.
2.2 Hubungan antara konsumsi dan
pendapatan
Terdapat
beberapa faktor yang menentukan tingkat pengeluaran pendapatan rumah tangga
(secara seunit kecil atau keseluruhan ekonomi). Yang terpenting adalah
pendapatan rumah tangga. Dalam hubunga antara konsumsi dan pendapatan adalah
semakin sedikit pendapat yang diperoleh oleh rumah tangga, maka akan
mempengaruhi rumah tangga tersebut untuk mengorek tabunngan dimasa lalu.
Apabila semakin besar pendapatan rumah tangga yang diperoleh akan mempengaruhi
pengeluaran konsumsi tersebut justru ia akan mampu menabung. Adapun ciri-ciri
yang hubuangan antara konsumsi dan pendapatan antara lain :
a.
Pada pendapatan yang rendah rumah tangga
akan mengorek tabungan
b.
Kenaikan pendapatan menaikkan
pengeluaran konsumsi
c.
Pada pendapatan yang tinggi rumah tangga
menabung
2.3 Kecondongan mengkonsumsi dan
menabung
Untuk
memahami dengan lebih baik sifat hubungan di antara pendapatan dengan konsumsi,
dan dengan tabungan perlulah diterangkan dua konsep penting berikut :
a. Kecondongan
mengkonsumsi
Konsep kecondongan mengkonsumsi perlu
dibedakan menjadi dua, yaitu : kecondongan mengkonsumsi marginal (MPC) yang
didefinisikan sebagai perbandingan pertambahan konsumsi (ΔC) yang dilakukan
dengan penambahan pendapatan (ΔYd). Dan kecondongan mengkonsumsi rata-rata (APC)
didefinisikan sebagai perbandingan antara tingkat konsumsi (C) dengan tingkat
pendapatan ketika konsumsi (Yd) tersebut dilakukan.
b. Kecondongan
menabung
Konsep kecondongan menabung juga perlu
dibedakan menjadi dua istilah : kecondongan menabung marjinal (MPS) yang
didefinisikan perbandingan sebagai perbandingan di antara pertambahan tabungan
(ΔS) dengan pertambahan pendapatan (ΔYd). Dan kecondongan menabung rata-rata
(APS) yang menunjukkan perbandingan di antara tabungan (S) dengan pendapatan
(Yd)
2.4 Fungsi konsumsi dan tabungan
Dalam
analisis makro ekonomi yang lebih penting bukanlah melihat konsumsi dan
tabungan sesuatu rumah tangga, tetapi melihat kepada konsumsi dan tabungan
semua rumah tangga dalam perekonomian. Pengeluaran konsumsi dari semua rumah
tangga dalam perekonomian dinamakan konsumsi agregat dan tabungan semua rumah
tangga disebut dengan tabungan agregat. Adapun fungsi konsumsi adalah suatu
kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga
dalam perekonomian dengan pendapatan nasional perekonomian tersebut.
Fungsi
tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat
tabungan rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional
perekonomian tersebut.
PENDAPATAN,
KONSUMSI DAN TABUNGAN (DALAM TRILIUN RUPIAH)
Pendapatan
Nasional
(Y)
|
Konsumsi (C)
|
Tabungan (S)
|
0
|
90
|
-90
|
120
|
180
|
-60
|
240
|
270
|
-30
|
360
|
360
|
0
|
480
|
450
|
30
|
600
|
540
|
60
|
720
|
630
|
90
|
840
|
720
|
120
|
960
|
810
|
150
|
1080
|
900
|
180
|
1200
|
990
|
210
|
Berdasarkan
kepada data yang terdapat dalam tabel dalam gambar ditunjukkan fungsi konsumsi di gradik (a) dan
fungsi tabungan di grafik (b). Dalam grafik (a) sumbu tegak menggambarkan
tingkat konsusi dan sumbu datar menggambarkan pendapatan nasional. Sedangkan
dalam grafik (b), sumbu tegak menggambarkan tingkat tabungan dan sumbu datar
menggambarkan pendapatan nasional. Sesuai dengan data yang terdapat daalam
tabel, ciri-ciri fungsi konsumsi dan tabungan yang digambarkan dalam gambar
adalah sebagai
2.4.1
Tabel menunjukkan bahwa pada pendapatan
nasional=0, konsumsi rumah tangga berjumlah Rp.90 triliun, tabungan ialah Rp.90
triliun. Berdasarkan kepada data ini fungsi konsumsi dalam grafik (a) akan
bermula pada nilai Rp 90 triliun di sumbu tegak (yang menggambarkan tingkat
konsumsi) dan fungsi tabungan dalam grafik (b) akan bermula pada nilai Rp 90
triliun di sumbu tegak.
2.4.2
Tabel 4.1 telah menunjukkan bahwa
MPC= 0,75 dan MPS= 0,25, yaitu setiap
pertambahan pendapatan nasional sebanyak Rp. 90 triliun (MPC x pertambahan
pendapatan nasional) dan tabungan sebanyak Rp. 30 triliun (MPS x pertambahan
pendapatan nasional). Nilai MPC dan MPS tersebut akan menentukan tingkat
kecondongan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan.
2.5 MPC dan MPS dan Kecondongan
2.5.1
fungsi konsumsi dan tabungan
Dalam
menerangkan ciri-ciri fungsi konsumsi dan tabungan telah dinyatakan bahwa nilai
MPC akan menentukan kecondongan fingsi konsumsi dan nilai MPS akan memetukan
kecondongan fungsi tabuhngan. Hal itu dapat di buktikan dengan melihat kepada
akibat sari pergerakan di antara dua titik fungsi konsumsi dan fungsi tabungan.
2.5.2
MPC dan kecondongan funsi konsumsi
Dalam
gambar titik A menggambarkan bahwa pendaptan nasional adalah Rp.360 triliun dan
konsumsi adalah Rp 360 triliun. Sedangkan titik B menggambarkan pendapatan
nasional bernilai Rp 600 triliun sedangkan nilai konsumsi adalah Rp. 540
triliun. Dengan demikian, pergerakan dari titik A ke titik B menggamberkan :
a. Pendapatan
nasioan bertambah sebanyak Rp 240 triliun
b. Konsumsi
rumah tangga bertambah sebanyak Rp 180 triliun
Perubahan
tersebut menunjukkan bahwa kecondongan fungsi konsumsi adalah 180/240 = 0,75.
Nilai ini adalah sama dengan nilai MPC, dan berarti kecondongan fungsi konsumsi adalah sama
dengan nilai MPC.
2.5.3
MPS dan kecondongan fungsi tabungan
Dalam
gambar (b) titik D menunjukkan tingkat tabungan adalah nol (s=0) apaila
pendapatan nasional adalah sebanyak Rp.
360 triliun. Seterusnya titik E menggambarkan ketika tabungan mencapai Rp 60
triliun pendaptan nasional adalah sebanyak Rp 600 triliun. Dengan demikian pergerakan
dari titik D ke E menggambarkan :
a. Pendapatan
nasional bertambah sebanyak Rp 240 triliun
b. Tabungan
bertambah sebanyak Rp 60 triliun
Perubahan
itu berarti kecondongan tabungan adalah : 60/240 = 0,25. Nilai ini sama dengan
nilai MPS dan berarti kecondongan fungsi tabungan adalah sama dengan nilai MPS.
5.2 Persamaan
Fungsi Konsumsi dan Tabungan
Fungsi
konsumsi dan tabungan, di atas digambarkan dalam bentuk kurva, juga dapat
dinyatakan dalam persamaan aljabar. Persamaan al-jabar untuk fungsi konsumsi
dan tabungan adalah seperti dinyatakan dalam persamaan yang dinyatakan di bawah
ini :
a. Fungsi
konsumsi ialah : C = a + bY
b. Fungsi
tabungan ialah : S = -a + (1-b)Y
Di
mana a adalah konsumsi rumah tangga pada ketika pendaptan nasional adalah 0, b
adalah kecondongan konsumsi mrginal, c adalah tingkat konsumsi dan Y adalah
tingkat pendapatanb nasional. Adakalanya fungsi konsumsi dan tabungan
menunjukkan hubungan di antara konsumsi atau tabungan dengan pendapatan
disposibel Yd. Persamaan untuk hubungan sperti itu adalah :
a.
Fungsi konsumsi : C = a + b Yd
b.
Fungsi tabungan : S = -a + (1 – b) Yd.
Dalam
coontoh yang di tunjukkan dalam tabel 4.5 dan digambarkan dalam tabel 4.1 nilai
a = Rp 90 triliun dan b adalah 0,75. Maka persamaan fungsi konsumsi dan
tabungan adalah :
a. Fungsi
konsumsi : C = 90 + 0,75Y
b. Fungsi
tabungan : S = -90 + 0,25Y.
5.2.1
PENENTU-PENENTU
KONSUMSI DAN TABUNGAN
a. Kekayaan Yang TelahTerkumpul
Sebagai akibat dari mendapat harta warisan atau tabungan
yang banyak sebagai akibat usaha dimasa lampau.
b. Suk Bunga, suku bunga dapatlah dipandang sebagai pendapatan
yang di peroleh dari melakukan tabungan. Rumah tangga akan membuat lebih banyak tabungan apabila tingkat bunga tinggi karena lebih banyak bunga yang
akan diperoleh.
c. Sikap Berhemat,
dalam masyarakat seperti APC dan MPC adalah lebih rendah,
tetapi juga ada pula yang mempunyai kecenderungan mengkonsumsi
yang tinggi.
d. Keadaan Perekonomian,
dalam perekonomian
yang tumbuh dengan teguh dan tidak banyak pengangguran, masyarakat berkecenderungan melakukan perbelanjaan yang lebih aktif. Mereka lebih cenderung berbelanja lebih banyak pada masa kini dan kurang menabung.
e. Distribusi pendapatan,
dalam masyarakat
yang distribusi pendapatan yang tidak merata, lebih banyak tabungan yang akan diperoleh.
f. Tersedia Tidaknya Dana Pensiun Yang
Mencukupi, apabila pendapatan dari pension besar jumlahnya,
para pekerja tidak terdorong untuk melakukan tabungan yang banyak pada masa bekerja dan ini menaikantingkat konsumsi.
2.6 Investasi ( Penanaman Modal)
2.6.1
Definisi Investasu dan Penentu-penentunya
Sering terdapat kekeliruan dalam
masyarakat berkaitan dengan istilah investasi. Suatu perusahaan asuransi,
mmisalnya, membeli saham-saham perusahaan di pasaran saham. Tindakan ini tidak
dapat di pandang sebagai investasi. Begitu juga seseorang yang menggunakan
tabungannya untuk membeli saham perusahaan atau tanah selalu dikatakan sebagai
“melakukan investasi”. Dalam analisis makro ekonomi tindakan individu atau
perusahaan asuransi tersebut membeli saham tidak di pandang sebagai investasi.
Investasi yang lazim di sebut juga
dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal merupakan komponen kedua
yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Apabia para pengusaha menggunakan
uang tersebut untuk membeli barang-barang
nodal, maka pengeluaran tersebut dinamakan investasi. Dengan demikian, istilah
investasi dapat di artikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanaman modal
atua perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan
produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa
yang tersedia dalam perekonomian.
Penambahan jumlah barang modal ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan
lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan mendatang. Adakalanya penanaman
modal dilakukan untuk menggantikan barang-barang modal yang lama yang telah
haus dan perlu didepresiasikan.
Dalam praktiknya, dalam usaha untuk
mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang
digolongkan sebagai investasi ( atau pembentukan modal atau penanaman modal)
meliputi pengeluaran-pengeluaran sebagai berikut :
a. Pembelian
berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya
untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
b. Pengeluaran
untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan
bangunan-bangunan lainnya.
c. Pertumbuhan
nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih
dalam proses produksi pada kahir tahun perhitungan pendapatan nasional.
Jumlah dari ketiga jenis komponen
investasi tersebut dinamakan investasi bruto, yaitu meliputi investasi untuk
menambah kemampuan memproduksi dalam perekonomian dan mengganti barang modal
yang telah diapresiasikan. Apabila investasi bruto dikurangi oleh nilai
depresiasi maka akan didapat investasi neto.
2.6.2
Penentu-penentu tingkat investasi
Faktor – faktor utama yang
menentukan tingkatinvestasi
:
a. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh
b. Tingkat bunga
c. Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa depan
d. Kemajuan tekhnologi
e. Tingkat pendapendapatan nasional dan perubahan-perubahanya.
f. Keuntungan yang diperoleh perusahaan – perusahaan.
2.7 Investasi, Keuntungan, dan Suku Bunga
Walupun faktor-faktor yang
menentukan jumlah investasi para pengusaha meliputi beberapa faktor, dua
diantaranya mempunyai kesanggupan untuk menerangkan sebab-sebabnya perubahan
investasi yang lebih penting dibanding faktor- faktor lainnya, faktor terebut adalah
tingkat keuntungan yang diramalkan dan suku bunga.
Ramalan mengenai keuntungan masa
depan akan memberikan gambaran kepada beberapa pengusaha menegnai jenis-jenis
investasi yang mempunyai prospek baik untuk dilaksanakan dan besarnya investasi
yang haru sdilakukan untuk mewujudkan tambahan barang-barang modal yang di
perlukan. Sedengkan suku bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan
memberikan keuntungan kepada para pengusaha dan dapat dilaksanakan. Para
pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk menanam modaldari investasi
yang dilakukan, yaittu presentasi keuntungan yang diperoleh sebelum dikurangi
bunga uang yang di byar, lebih besar dari bunga. Oleh sebab itu dalam analisis
makro ekonomi, analisis mengenai investasi lebih ditekankan kepada menunjukkan
peranan suku bunga dalam menentukan tingkat investasi dan akibat perubahan suku
bungan ke atas investsu dan pendapatan nasional.
Walaupun seseorang pengusaha
memiliki tabugan yang cukup, dan oleh karenanya tidak perlu meminjam dari suatu
lembaga keuangan untuk membiayai investasi yang inginn dilaksanakan, hal itu
belumlah merupakan syarat yang cukup bagi terciptanya kegiatan investasi.
Pengusaha tersebut mempunyai dua pilihan dalam menggunakan tabungannya, yaitu :
meminjamkan/membungakan uang tersebut, atau menggunakan untuk investasi. Di dalam keadaan di mana presentasi
pengembalian modal yang akan diperolehnya adalah lebih kecil dari suku buang,
adalah lebih baik bagi pengusaha tersebut untuk membungakan uangnya dan
membatalkan maksudnya untuk melakukan investasi. Kalau ia harus meminjam uang
dari suatu lembaga keuangan, pengusaha itu harus bertindak dengan lebih
berhati-hari lagi. Investasi yang direncanakannya, hanya akan dilaksanakan
apabila tingkat keuntungan ang akan diperolehnya adalah lebih besar dari suku
bunga yang harus dibayarnya. Hanya dalam keadaan seperti itu pengusaha tersebut
akan memperoleh keuntugan dari usahanya.
2.8 Tingkat Pengembalian Modal
Pendaptan yang diterima dari suatu
kegiatan menanam modal biasanya akan diterima dalam beberapa tahun. Mungkin
dalam dua tahun pertama keuntungan belum diperoleh, dan baru semenjak tahun
ketiga hasil penjualan melebihi pengeluaran. Seterusnya, walupun keuntungan
dalam tiga tahun adalh samam dengan tahun keenam (misalnya jumlahnya adalah Rp
100 juta), dari segi pandangan perusahaan nilai keuntungan sebenarnya adalah
berbeda. Keuntungan di tahun ketiga adalah lebih bernilai dari keuntungan di
tahun keenam, oleh karena niali sekarang dari keuntungan tersbeut berbeda.
Menghitung nilai sekarang,
menghitung niali sekarang dari pendaptan yang diperoleh di masa depan atau
menghitung tingkat pengembalian modal (keuntungan) merupakan cara yang
digunakan perusahaan-perusahaan untuk menilai kesesuaian dari sesuatu investasi
yang akan dilakukan. Suatu kegiatan investasi dapat dikatakan memperoleh
keuntungan apabila nilai sekarang pendapatan dimasa depan adalah lebih besar
daripada nilai sekarang modal yang diinvestasikan.
Menentukan tingkat pengembalian
modal cara lain untuk mementukan apakah sesuatu investasi merupakan kegiatan
yang menguntungkan atau merugikan dapat dilakukan dengan menghitung tingkat
pengembalian modal dari investasi tersebut, yang menggambarkan persen tingkat
keuntungan rata-rata per tahun dari modal.
Penentu-penentu investasi yang lain
:
a.
ramalana keadaan perekonomian di masa depan
b.
perubahan dan perkembangan teknologi
c.
efek pertumbuhan pendapatan nasional
d.
keuntungan perusahaan
2.9 Penentuan Tingkat Kegiatan Ekonomi
Dalam
perekonomian tidak terdapat kekurangan permintaan, menurut pandangan ahli-ahli
ekonomi klasik dimana tingkat kegiatan ekonomi akan di capai tergantung kepada
kemampuan sektor perusahaan untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa.
Kesanggupan ini dibatasi oleh banyaknya faktor produksi yang tersedia dalam
perekonomian itu. Oleh sebab itu menurut ahli-ahli ekonomi klasik sampai dimana
sesuatu perekonomian dapat memproduksikan barang-barang dan jasa-jasa dapat
ditentukan dengan menggunakan rumus berikut :
Y = f (K,L,Q,T)
Keterangan :
Y :
Pendapatan nasional
K :
Jumlah seluruh barang modal
L
: Jumlah seluruh tenaga kerja
Q :
Jumlah kekayaan alam yang di gunakan
T
: Tingkat teknologi yang digunakan
Keseimbangan perekonomian Negara
Keseimbangan Perekonomian Negara
adalah suatu keadaan dimana perekonomian menjadi seimbang jika pendapatan
nasiolanal sama dengan pengeluaran agrerat dan investasi sama dengan tabungan.
Y = C + I
I = S
Untuk menunjukan proses penentuan tingkat keseimbangan perekonomian Negara dapat digunakan 3 cara yaitu :
1. Dengan menggunakan contoh angka pendapatan nasional dan perbelanjaan agregat
2. Dengan menggunakan grafik yang menunjukan:
(a) kesamaan perbelanjaan agregat dengan penawaran agregat, dan
(b) kesamaan diantara investasi dan tabungan.
3. Dengan menggunakan cara pembuktian secara aljabar
2.10
Perubahan Keseimbangan dan Multiplier
Dari satu priode ke priode lainya keseimbangan pendapatan nasional akan selalu mengalami perubahan, dalam perekonomian dua sector perubahan tersebut disebabkan oleh perubahan dalam investasi, perkembangan teknologi, misalnya akan menambah investasi dan investasi yang bertambah akan memindahkan pengeluaran agregat keatas.
Analisis mengenai multiplier bertujuan untuk menerangkan pengaruh dari kenaikan atau kemerosotan dalam pengeluaran agregat ke atas tingkat keseimbangan dan terutama ke atas tingkat pendapatan nasional.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perekonomian dua sektor atau perekonomian sederhana
adalah suatu perekonomian yang hanya terdiri dari sektor rumah tangga dan
sektor perusahaan. Tingkat kegiatan ekonomi ditentukan oleh jumlah dan mutu
daripada faktor-faktor produksi. Menurut Keyness tingkat kegiatan ekonomi
ditentukan oleh besarnya pengeluaran agregat yang dilakukan masyarakat.
Pengeluaran agregat tersebut akan menentukan sampai dimana sektor perusahaan
harus melakukan kegiatannya untuk memproduksikan barang-barang dan jasa-jasa.
Dari sifat
perputaran aliran pendapatan yang terdapat dalam gambar itu dapat diambil
kesimpulan bahwa aliran-aliran pendapatannya mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
A. Sebagai
balas jasa kepada penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki sektor rumah
tangga oleh sektor perusahaan, sektor rumah tangga akan memperoleh aliran
pendapatan berupa gaji dan upah, sewa, bunga dan untung.
B. Sebagian
besar dari berbagai jenis pendapatan yang diterima oleh sektor rumah tangga
akan digunakan untuk konsumsi, yaitu membeli barang-barang dan jasa-jasa yang
dihasilkan oleh sektor perusahaan.
C. Sisa dari
berbagai jenis rumah tangga yang tidak digunakan untuk pengeluaran konsumsi
akan ditabung dalam badan-badan keuangan.
D. Pengusaha-pengusaha
yang memerlukan modal untuk melakukan investasi akan meminjam tabungan yang
dikumpulkan oleh badan-badan keuangan dari sektor rumah tangga.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Adiwarman
A. Karim, Ekonomi Makro Islam(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2003)
-
Sadono
Sukirno,Makroekonomi Teori Pengantar (Jakarta:Rajawali Pers,2016)
-
Sadono Sukirno,
Makroekonomi edisi kedua (Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada, 1999)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar